Pengelolaan Kesehatan Tanaman Mentimun




Pagi-pagi makan mentimun
Mentimun itu banyak manfaatnya
Jangan suka duduk melamun
Melamun itu tidak ada gunanya


    Karena melamun enggak ada gunanya, nah daripada melamun lebih baik membahas tentang mentimun. Mentimun, timun atau ketimun merupakan salah satu jenis buah-buahan yang sering digunakan sebagai pendamping makanan seperti lalapan dan acar. Buah dengan nama latin Cucumis sativus L. ini merupakan tanaman herba melata atau setengah merambat. Tanaman mentimun merupakan tanaman yang akan mati setelah berbunga dan berbuah. Tanaman mentimun banyak dibudidayakan karena selain dapat menambah cita rasa makanan mentimun juga mengandung gizi yang cukup tinggi.

Sumber: http://pustakamuhibbin.blogspot.com/2016/09/timun-dalam-al-quran-dan-hadits.html

 Tanaman ini banyak diusahakan petani dalam berbagai skala. Usaha mentimun ini bisa kok dilakukan di daerah perkotaan karena usaha tani ini tidak memerlukan lahan yang luas, bahkan bisa dilakukan dipekarangan rumah, seperti gambar dibawah ini.

Sumber: Dokumentasi pribadi

Untuk kalian yang ingin memulai usaha tani yang menghasilkan tanaman mentimun sehat yang dapat mencapai potensi genetic penuhnya, maka diperlukan suatu konsep yang ideal untuk mencapainya, yaitu konsep Pengelolaan Kesehatan Tanaman (PKT). Konsep PKT dapat dijabarkan dalam tiga bagian utama, yaitu persiapan, pelaksanaan dan evaluasi. 

a.      A. Persiapan

1)      Pengambilan keputusan dan analisis usaha tani

Sebelum mengadakan usaha tani ini, hal pertama yang perlu dilakukan adalah analisis usaha tani untuk mengadakan pengukuran dan evaluasi terhadap kegiatan yang akan dilaksanakan. Hamidah, (2015) menyatakan bahwa, melalui analisis usaha tani maka petani akan mendapatkan gambaran yang jelas tentang kegiatan usaha yang dijalaninya, khususnya dalam hal keuntungan serta kerugian.

Efisiensi biaya produksi pada usaha tani mentimun sangat dipengaruhi oleh jumlah penerimaan dan jumlah biaya produksi yang dikeluarkan. Penerimaan akan dipengaruhi oleh jumlah produksi dan harga jual produksi. Dalam suatu kegiatan usaha tani setiap petani selalu berusaha untuk memperoleh pendapatan yang sebesar-besarnya dengan pengeluaran yang sekecil-kecilnya. 

2)      Pengumpulan informasi

   Anwar, (2015) menyatakan bahwa keuntungan usaha tani mentimun dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu luas lahan, jumlah tenaga kerja, biaya produksi, harga jual, jumlah produksi serta pengalaman usaha tani. Selain faktor secara ekonomi, faktor biologis seperti syarat tumbuh tanaman mentimun, lahan pertanian dengan tingkat kesuburannya, benih dan pupuk juga menjadi faktor yang perlu dipertimbangkan oleh petani. Rahmasuri et al., (2014) menyatakan bahwa produksi mentimun dapat dipengaruhi oleh jenis varietas yang digunakan dan suplai unsur hara yang diberikan. Tanaman mentimun pada dasarnya tidak membutuhkan perawatan khusus. Tanaman ini dapat ditanam mulai dari dataran rendah hingga dataran tinggi ±1000 mdpl. Tanaman mentimun juga membutuhkan sinar matahari yang cukup dengan suhu berkisar antara 21,2ºC-26,7ºC. Curah hujan yang terlalu tingga tidak dikehendaki sebab akan menggugurkan bunga sehingga akan menyebabkan kegagalan dalam pembentukan buah.

3)      Pemilihan lahan

Semua jenis tanah yang digunakan untuk lahan pertanian cocok untuk digunakan sebagai lahan untuk budidaya mentimun. Namun, agar produktivitasnya tinggi maka lahan yang digunakan harus memiliki tanah yang subur, gembur, banyak mengandung humus, tidak menggenang serta memiliki nilai keasaman tanah antara 6-7.

4)      Pemilihan kultivar tanaman

    Pada umumnya mentimun dikelompokkan menjadi 2 golongan yaitu mentimun yang pada buahnya terdapat bintil-bintil dibagian pangkalnya dan mentimun yang buahnya halus. Mentimun yang terdapat bintil-bintil dibedakan menjadil mentimun biasa, watang dan wuku. Sedangkan mentimun yang tidak terdapat bintil-bintil dibedakan menjadi krai dan suri. Jenis mentimun yang banyak dibudidayakan di Indonesia adalah mentimun biasa atau local dan mentimun suri. Selain itu, juga telah berkembang mentimun hibrida yang memiliki bentuk buah seperti mentimun lokal dengan warna kulit hijau tua, daging buah tebalm panjang buah ± 20 cm dengan diameter 1,5-3,0 cm (Amin, 2015).

Mentimun Krei

.      B. Pelaksanaan

1)      Penggunaan bibit atau bahan tanaman yang bebas patogen dan berkualitas tinggi

Tanaman mentimun dibudidayakan secara generative dengan bijinya. Benih mentimun yang baik memiliki ciri-ciri kulit biji mengkilap, tidak berbintik-bintik, bernas dan daya kecambahnya di atas 75%.  Benih mentimun dibedakan menjadi benih hibrida dan non hibrida.

2)      Pengolahan, sanitasi dan pemupukan

Pengolahan lahan untuk budidaya tanaman mentimun dapat dilakukan dengan menghilangkan rumput liar, melakukan pembajakan atau pencangkulan kemudian lahan dibiarkan kering selama dua minggu lalu memberikan pupuk organik untuk menambahkan kandungan hara tanah.

3)      Penanaman bibit atau bahan tanam secara benar

Waktu penanaman benih mentimun yang paling baik adalah pada akhir musim penghujan yaitu sekitar bulan Maret hingga April atau pada musim kemarau. Penanaman dapat dilakukan dengan sistem tanam langsung atau melalui persemaian terlebih dahulu. Jarak tanam yang baik agar diperoleh hasil produksi tanaman mentimun yaitu 40x60 cm serta setiap lubang tanam lebih baik digunakan 1 benih.

4)      Pemeliharaan tanaman

·         Penyulaman dan seleksi tanaman

Penyulaman dapat dilakukan sejak tanam hingga umur 15 hst. Sedangkan kegiatan seleksi tanaman dapat dilakukan dengan cara mencabut tanaman yang pertumbuhannya kurang baik.

·         Pengairan

Pengairan untuk tanaman mentimun dilakukan rutin dua kali sehari, yaitu di pagi dan sore hari, khususnya pada awal pertumbuhan. Tanah diusahakan agar tidak kering, karena apabila tanaman mentimun kekurangan air maka akan mempengaruhi pembentukan buah.

·         Penyiangan

Kegiatan penyiangan dapat dilakukan bersamaan dengan pemupukan.

·         Pemangkasan

  Daun mentimun yang terlalu rimbun apabila tidak dipangkas maka hanya akan menhasilkan pertumbuhan vegetative, sehingga bunga dan buah yang terbentuk cenderung menurun. Pemangkasan sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari, yaitu ketika keadaan air pada tanah jumlahnya memadai.

5)      Pengelolaan hama, penyakit dan gulma secara terpadu

         a. Hama

1.      Oteng-oteng (Epilachna sparsa)

Hama ini merupakan kumbang daun kecil yang memakan daging daun sehingga menyebabkan daun menjadi berlubang. Pada serangan berat, hama ini dapat menghabiskan semua jaringan daun. Pengendalian hama dapat dilakukan dengan melakukan pergiliran tanaman dan melakukan penanaman secara serempak.

2.      Kutu daun (Myzus persicae)

Hama ini menyerang tanaman dengan cara menghisap cairan sel tanaman terutama bagian puncak tanaman. Gejala yang ditimbulkan dari serangan hama ini yaitu timbulnya bentuk daun yang tidak wajar seperti keriput atau keriting dan menggulung. Pengendalian yang bisa dilakukan dengan cara melakukan pergiliran tanaman atau bisa juga dengan mengurangi tanaman inang di daerah sekitar kebun mentimun.

3.      Lalat buah  

      Lalat buah menyerang dengan cara menusuk buah mentimun yang masih muda untuk bertelur, kemudian setelah 1-4 hari telurnya akan menetas menjadi larva. Lalat buah menyebabkan tanaman mentimun menjadi busuk. Pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan cara memasang perangkap lalat buah yang dimasukkan dan dipasang dalam botol bekas atau dengan cara mengumpulkan buah yang terserang untuk dikubur.

         b. Penyakit 

1.      Penyakit tepung 

   Penyakit ini disebabkan oleh adanya jenis cendawan yang dibawa oleh angin. Perkembangbiakan cendawan ini sangat cepat ketika suhu udara berada diantara 20º-24ºC dan ketika tanah kering. Gejala akibat serangan penyakit ini yaitu terdapatnya lapisan putih bertepung pada permukaan daun dan batang tanaman mentimun. Pengendalian yang dapat dilakukan yaitu dengan cara menanam varietas mentimun yang tahan serta mencabut tanaman yang sudah terserah cukup parah.

                            2.  Busuk daun

Gejala akibat serangan penyakit ini yaitu daunnya terdapat bercak-bercak kuning sudut. Saat kondisi lingkungan lembab maka akan terlihat jamur seperti bulu yang berwarna keungu-unguan. Daun yang terserang penyakit ini akan berubah warna menjadi coklat. Pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan cara menggunakan varietas mentimun yang tahan terhadap penyakit, memperbaiki drainase tanah serta mengatur jarak tanam untuk mengurangi kelembaban.

        3.      Bercak daun

Penyakit ini umumnya disebabkan oleh bakteri yang diawali pada bagian biji tanaman. Keadaan lingkungan yang lembab merupakan faktor yang menyebabkan munculnya penyakit ini. Gejala yang muncul akibat serangan hama ini yaitu munculnya bercak-bercak kecil pada daun mentimun yang berwarna kuning dan bersudut-sudut dibatasi oleh tulang daun. Buah mentimun yang terserang penyakit ini akan busuk. Pengendalian yang dapat dilakukan yaitu dengan cara melakukan pergiliran tanaman dan menanam benih yang sehat.

6)      Pemanenan, penanganan dan penyimpanan hasil secara benar

        Buah mentimun dapat dipanen pada waktu tanaman berumur antara 2-3 bulan setelah tanam. Waktu panen ini bergantung juga pada varietas yang digunakan. Umumnya mentimun lokal sudah dapat dipanen pertama kali ketika berumur 48 hst, sedangkan mentimun hibrida ketika berumur 42 hst. Panen berikutnya dapat dilakukan setiap 5-10 hari sekali. Panen buah mentimun paling baik dilakukan ketika pagi dengan cara memotong tangkai buah. Mentimun termasuk tanaman yang mudah rusak sehingga butuh penanganan khusus setelah panen untuk mempertahankan kesegaran, mencegah susut dan kerusakan buah.  Mentimun yang telah dipanen disimpan pada tempat yang strukturnya tidak keras. 

c.       C. Evaluasi

            Evaluasi merupakan rangkaian terakhir dalam Pengelolaan Kesehatan Tanaman. Evaluasi perlu dilakukan untuk mengetahui kekurangan serta kelebihan dari proses usaha tani yang telah diusahakan sebelumnya. Melalui kegiatan evaluasi maka akan diperoleh rincian kegiatan yang telah dilakukan sehingga dapat dijadikan pedoman untuk pengelolaan di masa mendatang.

 

REFERENSI

Amin, A. R. (2015). Mengenal Budidaya Tanaman Mentimun Melalui Pemanfaatan Media Informasi. Jupiter, 14(1), 66–71. https://journal.unhas.ac.id/index.php/jupiter/articlr/download/31/29

Anwar, W. (2015). ANALISIS USAHATANI MENTIMUN (Studi Kasus Di Desa Wonosari Kecamatan Puger Kabupaten Jember).

Hamidah, E. (2015). Analisis Efisiensi dan Sensitivitas Usahatani Mentimun (Cucumis sativus L) (Study Kasus di Dusun Kedung Desa Kedungkumpul Kecamatan Sarirejo Kabupaten Lamongan). Jurnal Saintis, 7(2), 153–170.

Rahmasuri, A., Ginting, Y. C., & Bakrie, A. H. (2014). Pengaruh Konsentrasi Boron Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Melon (Cucumis melo L.) Varietas Clara dan Ivory yang Ditanam. Agrotek Tropika, 2(3), 353–357. http://digilib.unila.ac.id/7326/






Komentar